Cerita Abu Nawas : Lolos Dari Maut
Oleh Aqil Hasanul Hakim
Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu Abu Nawas masih menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain.
Baginda berfikir…..
Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas.
Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa tidak bisa ditebak, bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan orang.
Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat.
Abu Nawas memang girang bukan kepalang, tetapi ia juga merasa gundah.
Bagaimana Abu Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk memenjarakannya tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung.
Abu Nawas yakin bahwa saat ini Baginda telah merencanakan sesuatu dan Abu Nawas pun segera mencari akal untuk mengantisipasi rencana Baginda.
Pada hari itu juga Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai ahli nujum atau tukang ramal nasib.
Sejak membuka praktek ramal meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang handal dalam menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu.
Mendengar Abu Nawas mendadak menjadi ahli ramal, Maka Baginda Raja merasa khawatir. Baginda curiga jangan-jangan Abu Nawas bisa membahayakan kerajaan.Tanpa pikir panjang Abu Nawas di tangkap.
Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini berniat akan menghabisi riwayatnya. Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng.
Setelah beberapa hari meringkuk didalam penjara, Abu Nawas lalu digiring menuju tempat kematian.
Tukang penggal kepala pun sudah menunggu dengan pedang yang baru di asah. Abu Nawas menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang.
Baginda merasa kagum terhadap ketegaran Abu Nawas tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu Nawas begitu tabah menghadapi detik-detik terakhir hidupnya.
Ketika algojo sudah siap megayunkan pedang, tiba-tiba Abu Nawas tertawa sehingga membuat Baginda menangguhkan pemancungan.
Beliau bertanya,
“Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang algojo ?” tanya Raja.
“Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga merasa gembira,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
“Engkau merasa gembira ?” tanya Baginda kaget.
“Betul Baginda yang mulia, karena tepat 3 hari setelah kematian hamba maka Baginda akan mangkat menyusul hamba ke liang lahat.Karena hamba tidak bersalah sedikitpun,” jawab Abu Nawas tetap tenang.
Baginda Raja bergetar mendengar kata Abu Nawas dan tentu saja hukuman pancung dibatalkan.
Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu Nawas diperlakukan istimewa.
Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas di suguhi hidangan yang enak-enak.
Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasan tinggal dipenjara. Abu Nawas berpesan dan setengah mengancam kepada penjaga penjara bahwa bila ia terus-menerus mendekam dalam penjara ia bisa jatuh sakit atau meninggal.
Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah Mendengar penuturan penjaga penjara.
Baginda berfikir…..
Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas.
Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa tidak bisa ditebak, bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan orang.
Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat.
Abu Nawas memang girang bukan kepalang, tetapi ia juga merasa gundah.
Bagaimana Abu Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk memenjarakannya tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung.
Abu Nawas yakin bahwa saat ini Baginda telah merencanakan sesuatu dan Abu Nawas pun segera mencari akal untuk mengantisipasi rencana Baginda.
Pada hari itu juga Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai ahli nujum atau tukang ramal nasib.
Sejak membuka praktek ramal meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang handal dalam menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu.
Mendengar Abu Nawas mendadak menjadi ahli ramal, Maka Baginda Raja merasa khawatir. Baginda curiga jangan-jangan Abu Nawas bisa membahayakan kerajaan.Tanpa pikir panjang Abu Nawas di tangkap.
Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini berniat akan menghabisi riwayatnya. Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng.
Setelah beberapa hari meringkuk didalam penjara, Abu Nawas lalu digiring menuju tempat kematian.
Tukang penggal kepala pun sudah menunggu dengan pedang yang baru di asah. Abu Nawas menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang.
Baginda merasa kagum terhadap ketegaran Abu Nawas tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu Nawas begitu tabah menghadapi detik-detik terakhir hidupnya.
Ketika algojo sudah siap megayunkan pedang, tiba-tiba Abu Nawas tertawa sehingga membuat Baginda menangguhkan pemancungan.
Beliau bertanya,
“Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang algojo ?” tanya Raja.
“Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga merasa gembira,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
“Engkau merasa gembira ?” tanya Baginda kaget.
“Betul Baginda yang mulia, karena tepat 3 hari setelah kematian hamba maka Baginda akan mangkat menyusul hamba ke liang lahat.Karena hamba tidak bersalah sedikitpun,” jawab Abu Nawas tetap tenang.
Baginda Raja bergetar mendengar kata Abu Nawas dan tentu saja hukuman pancung dibatalkan.
Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu Nawas diperlakukan istimewa.
Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas di suguhi hidangan yang enak-enak.
Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasan tinggal dipenjara. Abu Nawas berpesan dan setengah mengancam kepada penjaga penjara bahwa bila ia terus-menerus mendekam dalam penjara ia bisa jatuh sakit atau meninggal.
Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah Mendengar penuturan penjaga penjara.
Sumber tidak diketahui
0 komentar:
Posting Komentar